Ketika suatu saat tiba.
Aku sedang ada disana. Dalam jarak yang tak dapat dikatakan jauh, juga dekat.
Kau tertawa. Entah karena apa.
Kau tersenyum. Entah karena apa.
Lalu kau terdiam.
Ah, simfoni ekspresi yang kau torehkan itu, kubawa pulang. Lalu kuingat-ingat lagi.
Suatu saat itu sudah terlewat.
Tidak jauh. Mungkin hanya tertinggal beberapa hari.
Tapi aku ingin kembali.
Sungguh.
Pada suatu ketika.
Suatu saat terjadi. Lagi. Dengan tawa yang sama. Senyum yang sama. Juga diam yang sama.
Oleh kau. Yang (sialnya) masih sama.
Hanya jarak antara kita yang berbeda. Semakin dekat.
Bahkan, aku juga ikut dalam suatu saat milik kau itu.
Dalam tawa, senyum, diam, juga dalam kata-kata.
Entah. Hanya sepertinya. Saat itu aku kalah. Ya, aku sedang kalah.
AKU KALAH.
Aku kalah dari kau.
Sungguh. Aku sangat kalah dari kau.
Dari semua saat milik kau. Aku tengah kalah.
Dari semua simfoni ekspresi punya kau. Aku telah kalah.
Segala-galanya.
Aku kalah. Dari segala-galanya engkau.
@putriprat
2:36am
Note: Beberapa bulan kemarin dari saat ini. Aku tengah menang. Sekarang, aku telah menang. Semua esok dan selamanya, aku akan tetap menang. Dari segala-galanya engkau.