Dear One, Dear Aslan.
Hi, apakabar? Semoga kamu baik-baik aja walau tanpa aku disana. Ya, sih pastinya akan lebih baik-baik jika tanpa aku :p. Sungguh, ini adalah pembukaan surat paling aneh yang aku tuliskan. Dan surat ini juga tak bisa aku sampaikan pada abu agar ia juga dapat membaca. So, rahasia ini sekarang antara kamu, dan juga aku :)))
Aslan, kamu tau gak? Semalem aku mimpi absurd. Masa ya, aku mimpi lagi liburan, lalu aku diterpa badai. Badainya ada dua sih, badai kehidupan dan badai alam. Duh, sungguh absurd banget :| Rasanya dadaku sampai sesak saking menyedihkannya mimpi aku itu. Kamu jangan tertawa atas mimpiku ini bisa kaliiiiii.. -__- Hmm.. dalam mimpi aku ada dia. Ah, entah sudah berapa lama mimpi-mimpi antara aku dan dia sudah berlangsung secara kontinyu. Pokoknya, aku harap sih semalem adalah episode terakhirnya. Dia yang menang, As. Bukan aku. Tapi kadang aku berpikir bahwa yang menang adalah aku. Tanpa dia sebagai pihak yang kalah tentunya.
As, aku pingin berterimakasih ke dia. Tapi aku bingung. Bagaimana caranya. Atas dasar apa. Sedangkan apa yang dia lakukan semuanya belum pernah ku ucapkan terimakasih. Ah, apa aku harus berterima kasih karena dia sudah sama sekali melupakan aku? Sejak bertahun lalu? Ah tidak tidak! Tidak mungkin atas alasan itu aku berterimakasih padanya kan? Hmm. Mungkin memang sudah seharusnya aku tidak pernah berterima kasih. Dan As, sungguh sekali aku ingin bilang maaf. Atas perasaannya yang dulu, bertahun lalu, tidak aku tahu. Bahkan lebih tepatnya, tidak mau aku tahu. Tapi, apa mau dia memaafkan aku? Seharusnya sih dia mau. Karena Tuhan sudah berikan aku hal yang sama. Apa itu namanya? Ya, Karma. Ketika dia rasa, aku acuh dan ketika aku rasa, dia acuh. Ya, hidup memang seperti ini akan tetapi hatinya sudah memaafkan aku atau belum aku tidak tau. Tidak dapat menebak.
Siapa yang dapat mengajarkanku bagaimana bersikap seperti dia bersikap padaku dulu? Apa kamu bisa?
Kawanmu yang selalu merepotkan ingin didengar,
kapanpun.
putripratiw
Terima kasih, As.