"Jadikanlah donor darah sebagai gaya hidup"
Kata-kata itulahh yang sering sekali saya baca di social media kala ini. Kata yang sedikit klise tapi berguna ajakannya. Apalagi setelah saya pertama kali donor darah, rasa-rasanya kata-kata itu membuat selalu ingin dan ingin lagi mendonor. Ya, detik itu setelah donor dan nyeri-nyeri tangannya, i decided something, i will try for being a donor regularly.
Sebetulnya, keinginan donor itu sudah meletup-meletup dalam diri saya ketika masih sekolah. Tapi apadaya, takut banget sama darah dan sakitnya ketika disuntik bikin saya mikir banyak kalau mau donor. Sekarang saya menyesal gak donor pas usia genap 17 tahun, kalau saya sudah aktif donor ketika usia segitu, di kartu donor saya pasti sudah banyak keterangan sudah donornya atau mungkin sudah full satu kartu donornya. Hehehe :)
Di Kick Andy Show, pernah suatu ketika saya nonton dan bahas tentang donor darah. Tentang orang-orang yang sudah berpuluh-puluh tahun berdonor. Tentang seorang kakek yang sudah berdonor sejak berusia 17 tahun hingga usia 50 tahun. Tentang seorang yang mencetakkan namanya dalam daftar pendonor yang paling banyak berdonor. Tetang mereka yang mendapat penghargaan karena sudah berdonor sebanyak ratusan bahkan ribuan kali. Bahkan ada sepasang suami istri yang rutin berdonor dan berniat untuk menyumbangkan tubuhnya untuk mereka yang butuh atau untuk sekedar sebagai bahan percobaan untuk ilmu kedokteran. Soal sepasang suami istri tersebut saya gak terlalu yakin sih satu episode dengan donor darah tapi mereka sangat menginspirasi. Ah, mereka juga sungguh hebat. Sedangkan saya? Di pojokkan rumah nonton tivi, punya keinginan donor dan tidak dapat sama sekali menangani rasa takut akan darah dan sakitnya disuntik :( Memalukan ya...
Setelah menonton tayangan tentang donor darah itu, batin dan hati saya menggebu-gebu ingin berdonor. Akan tetapi, tetap saja, beberapa hari kemudian nyali ciut krn hal yang masih juga sama. Darah dan jarum suntik. Betapa pengecutnya diri saya kala itu..
Beberapa waktu kemudian, dalam pikiran sama sekali gak ada soal donor darah.. My days were my days before at the time. Lalu tiba kali kedua Kick Andy Show menayangkan tentang donor darah dan kali ini mengundang Bapak Jusuf Kalla sebagai narasumber, ya secara Beliau adalah ketua PMI baru sejak lengser dari kursi Wakil Presiden. Kala itu, batin dan hati saya lagi-lagi mencuat. Ingin donor darah. Ingin sedikit berguna bagi orang lain. Keinginan saya bertambah besar untuk donor darah. Ya, niat bulat akan tetapi masih goyah :( Setelah tayangan tentang donor darah itu, saya menonton tayangan yang bertemakan orang-orang yang bisa memaksimalkan fungsi internet yang luas dan makin meluas diwaktu sekarang ataupun yang akan datang. Ketika itu, dibahas tentang google community yang bernama Blood For Life. Aku kagum sama pioneer organisasi itu. Narasumber kala itu sungguh hebat. Mereka harusnya masuk surga. Sungguh.
Dari tayangan tentang Blood For Life itu saya jadi iseng-iseng cari tau tentang organisasi itu. Lalu ketemu lah twitternya. Saya follow. Pada mulanya hanya follow sih, lama kelamaan saya membantu RT tweet urgent need donor mereka. Semoga dapat membatu hanya dalam sekali klik. Suatu kala siang, saya baca update BFL tentang RED Update mereka. FYI, RED update mereka adalah sign bahwa dibutukan urgent atau segera seorang pendonor. GREEN update adalah sign bahwa pasien/recipient sudah mendapatkan donor dan WHITE update adalah sign bahwa recipient tidak dapat bertahan hidup. Ok, back then, kala itu saya baca tentang RED Update BFL, saya bantu RT tweet tersebut. Ketika itu saya gak terlalu gimana-gimana sih, hanya saja berharap agar ada pendonor untuk si pasien. Setelah berjam-jam, entah ketika itu saya mungkin sedang "ngeh" tentang nama pasien dan detil lainnya dari tweet RED update BFL atau kenapa, saya baca lagi salah satu tweet yang juga sama menyebut nama pasien yang berjam-jam lalu membutuhkan donor. Bukan, bukan GREEN update yang mereka tweet, melainkan WHITE update. Sesak sekali dada saya ketika itu. Entah kenapa. Rasanya susah membendung air mata untuk tidak jatuh :(
Ketika itu saya sadar, bahkan terlalu sadar untuk berjanji kalau yang saya bisa perbuat adalah juga berdonor, BUKAN hanya mengRT tweet dari BFL atau apapun yang berkaitan dengan donor darah ini. Gak akan goyah lagi sekarang! Gak akan.
Suatu siang eh belum siang sih, brunch time gitu deh, saya sedang mantengin TL lalu ada update lagi dari BFL soal tempat donor darah. Ya KAMPUS SAYAAAAAAA! Inilah saatnya pikir saya waktu itu. Kebetulan siangnya juga ada urusan di kampus jadilah saya nebeng sama Ucha buat ke kampus. Saya bilang ke dia kalau di kampus sedang ada donor darah, dia yang juga belum pernah berdonor, mau ikutan. Ya, jadilah kami ke tempat donor darah tersebut. Disana, nyali saya ciut tapi dipaksa-paksain. Sedangkan Ucha kurang cukup gizi untuk ikut berdonor :p
Yea! For the very first time, akhirnya saya berdonor. Kala itu usia saya 19 tahun -__- molor 2 tahun dari batas mulai seharusnya. Deg-degan banget pas periksa darah. Ditembak jarinya :( Sakit bangeeeeeeeet hikss. Mbaknya gak bilang-bilang juga mau nembak jari saya! Ugh.. Tambah deg-degan ketika nunggu giliran diambil darahnya. Rasanya mau gak jadi aja itu. Tapi ada satu hal yang bikin mau tetap donor, apalagi kalo bukan the Red update which followed by the WHITE update in (just) hours :|
Finally saya akhirnya berbaring untuk diambil darahnya. Deg-degan banget sampe tangan pada keringetan plus mules-mules. Mbak yang lagi bertugas cuma bisa ketawa-ketawa doang pas saya bilang darahnya jgn banyak-banyak diambilnya, sakit apa engga dan bla bla pertanyaan gak penting. Disuru rileks, tarik napas pelan-pelan dan ....... YAP! Akhirnya darah keluar :( rasanya pengen nangis.. Takut banget liat darah pertama-tama ngalir deras ditambah lagi dipojokan ada yang mau pingsan :| Si Ucha masuk nanya-nanya rasanya, seh, gak liat apa muka saya tegang -_- Dan doski dokumentasiin ketika donor itu. Lumayan sih kenang-kenangan pertama kali.
kenang-kenangan pertama donor :p
Selesai donor dapet susu dan pop mie, dan kartu donor! :D Hikmahnya jadi tau juga gol darah saya. Alhamdulillah sama dengan orang tua wehehehe..
Tiga bulan kemudian saya donor lagi, kali ini diastole saya gak nyampe 110. Melainkan cuma 100. Oke, saya bilang aja krn belum sarapan ke petugasnya. Lalu saya diperiksa lagi darahnya dan kata Mbak petugasnya darahnya masih tetep bagus jadinya tetep boleh donor. Asyik! Tapi setelah donor kali itu, darah saya ga berenti keluar dan waktu beraktifitas setelahnya saya pusing banget. Mungkin krn awalnya diastole cuma 100 kali ya jd efeknya lebih dahsyat dari pertama kali donor. O iya, kala itu juga saya jadi cewek pertama loh yang berdonor! Yihay!
Sayang sekali udah 4 bulan saya beum berdonor yang ketiga kali. Waktu bulan puasa kemarin Ekonya gak mau anter ke PMI dan gak ada event donor darah di kampus atau sekeliling saya tinggal. Tapi semoga september ini saya bisa berdonor. Sebulan dua kali juga saya mau deh! I have been addicted about that :)
Walau dengan grogi yang masih sama dengan yang pertama.
Walau dengan basa-basi yang masih sama dengan yang pertama.
Walau bekas jarum suntik gak ilang sebelum dua minggu yang masih sama dengan yang pertama.
Walau biru-biru dan sedikit bengkak dibekas jarum yang masih sama dengan yang pertama.
Walau rasa pusing kerasa setelah donor yang masih sama dengan yang pertama.
Walau rasa tusukan jarum suntik sakit yang masih sama dengan yang pertama.
Saya mau tetap berdonor. Untuk orang lain yang sedang membutuhkan darah saya.
Saya gak bisa sekarang biarkan mereka menunggu darah saya. Ya walau banyak pendonor lain, tetap saja saya yakin mereka juga butuh darah saya. Setidaknya ada satu orang yang butuh darah saya. Memang sih harganya gak sampe 100 juta atau berapa, tapi saya puas ketika sudah bisa berbagi darah dengan orang lain atau bahkan jika darah saya bisa menolong nyawa orang lain tsb.
Lalu kalian, yang belum berdonor, yang mampu berdonor regularly, tidak mau membantu mereka hanya karena alasan remeh temeh? Takut jarum lah, takut darah lah, males ke PMI lah.. Bagi yang takut jarum dan takut darah, cobalah lebih takut jika tidak bisa menyelamatkan nyawa satu orang. Saya memang masih belajar juga untuk menjadi pendonor rutin, tapi percaya deh, rasa sakit setelah donor jika dibandingkan rasa puas sudah berdonor itu tidak ada apa-apanya :)
Saya selalu takut tidak mendapatkan darah ketika saya butuhkan. Entah untuk saya, keluarga maupun teman-teman saya. Sangat takut...